Ketika
kita menengok kembali karakteristik dakwah yaitu; Jalannya yang panjang dan berliku,
pengusungnya sedikit, hingga penuh akan onak dan duri membuat kita merasa bahwa
kita adalah orang yang paling sengsara di dalam perjalanan dakwah ini. Namun
mari kita tengok sosok pemimpin luar biasa, yang terlihat begitu hebat dalam
memimpin, menghasilkan karya-karya besar, hingga mencetak kader-kader dakwah
yang begitu militan. Sejenak tidak pernah terlihat akan dia memiliiki sebuah
masalah. Namun dibalik itu.....
Sosok yang Tegar.
Akhirnya
sebuah cerita terlontarkan dari sosok tersebut, sebuah cerita yang membuat hati
para pendengarnya terenyuh. Seorang pemimpin yang terlihat amat tegar, teguh,
dan berkarakter kuat. Yang dibalik itu semua, ada beberapa goresan-goresan luka
yang luar biasa ketika dibayangkan.
Hal
ini bermulai ketika awal kepemimpinannya, beberapa kader dakwah mengucap janji
setia untuk berbai’ah terhadap kepemimpinanya dalam sebuah organisasi dakwah
yang dipandangnya akan menjadi organisasi yang akan membawa pengaruh besar
dalam pergerakan dakwah di Indonesia. Namun tidak selang berapa lama satu
persatu kadernya pergi untuk berbagai macam kepentingan, dengan alasan mengejar
mimpi masing-masing. Padahal beliaupun amat sangat ingin mengejar mimpinya seperti
manusia pada umumnya, dan seharusnya ketika kita telah mengucap janji setia
maka mimpi organisasi itu adalah menjadi mimpi bersama.
Namun
ujarnya “Disini mereka bukan pekerja yang
selalu dituntut maksimal, karna pekerja itu mendapatkan bayaran. Mereka adalah
sukarelawan yang membantu dakwah ini, ketika satu persatu dari mereka pergi
untuk mengejar mimpinya maka itu menjadi hak mereka. ”
APA
ARTI SEBUAH KATA KOMITMEN?!!!
APA
ARTI SEBUAH KATA JANJI?!!!
Saya
rasa mereka lebih mengetahuinya! Bahwa kita telah melakukan perjanjian oleh
Allah SWT. yang sudah jelas diterangkan dalam Q.S. At : Taubah 111. Namun ujar
beliau lagi “Hal ini membuat saya dapat
merasakan romantisme berkholwat dengan Rab” ketika mendapati kondisi rumah
dakwahnya yang sepi, hanya ada beliau sendiri berada dalam sebuah bangunan yang
luas, membuat beliau melabuhkan satu-satunya tempat mencurahkan masalahnya
hanyalah kepada Rabnya bukan orang lain, sehingga beliau merasakan romantisme
berkholwat dengan Rabnya. Siapa sangka organisasi dakwah yang begitu besar
merasakan amat sunyi dan sepi didalamnya.
Hal
ini berlanjut hingga beliau harus merelakan pekerjaannya, keluarganya, dan
mimpi-mimpinya. Ketika orang-orang seusianya sudah menikmati targetan-targetan
hidup yang telah tercapai, beliau malah mengorbankan hal-hal tersebut untuk
keberlangsungan dakwahnya.
Ditambah
dengan kondisi keluarganya yang membutuhkan jasanya sebagai mana layaknya anak
yang berbakti kepada orang tua. Namun lagi-lagi beliau mengorbankan hal
tersebut agar menjaga dirinya agar tidak menjadi pemimpin yang zalim.
Sampai-sampai selama kepemimpinannya, beliau meninggalkan beberapa konsekuensi
yang tidak dapat diselesaikan hingga akhir kepemimpinanya, melainkan
membutuhkan jangka waktu panjang untuk meyelesaikannya. Wallahu alam.
Akhi
wa ukhti, kita selalu merasa bahwa kitalah orang yang paling menderita dalam
perjalanan dakwah ini. Namun banyak kisah pemimpin-pemimpin kita di atas sana
terlihat sangat luar biasa, namun dibalik sosok itu menyimpan begitu banyak
suka dan duka yang sulit dibayangkan jalan keluarnya. Sosok pemimpin yang
selalu meng-keep masalahnya
dalam-dalam, namun selalu menjadi solusi terhadap permasalahan-permasalahan
orang lain. Semoga Allah membalas dengan Surga-Nya. Aamiin.