• dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
  • (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
  • Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
  • Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Sabtu, 04 Januari 2014

Rekam Jejak

http://asepsaepulbahri.files.wordpress.com/2010/12/jejak-langkah.jpg



Tidak terasa hampir 3 tahun sudah kami hidup dalam suasana tarbiyah kampus. Dari mulai seorang pribadi yang bukan apa-apa dan siapa-siapa, namun tarbiyah mengubah segalanya,mengangkat derajat kami. Mengingat ketika kami baru masuk ke dunia baru yang disebut kampus, suasana hangat Tarbiyah menyambut pribadi-pribadi yang sedang mencari jati dirinya dan merubah haluan hidupnya dari jahiliyah menuju perbaikan.
Dan akhirnya tarbiyah mulai merasuk kedalam ruh dan menggelayuti disetiap aktifitas. Kala itu, euphoria yang terjadi membuat diri amat semangat mencari ilmu-ilmu kehidupan melalui seminar, kajian, diskusi, halaqoh, daurah dan berbagai madrasah ilmu lainnya. Mencari sebuah arti dari landasan sebuah pergerakan, memahami arti dari sebuah kebersamaan(jamaah). Hingga patner-patner dakwah mulai bermunculan, mereka yang dinamakan teman perjuangan. Ya, susah sedih kita rasakan bersama.
Waktu terus berlalu, aktivitas demi aktivitas dakwah terus dilakoni. Hingga sampai dititik terberat, namun titik terberat itu mengantarkan kami pada sebuah pertolongan Allah. Pertolongan itu dengan Allah mengirimkan para sosok baru penyokong dakwah ini. Kami merasa senang dan sedikit haru, karna bertambah orang-orang yang mau mengorbankan kepentingannya untuk dakwah ini. Merekapun semangat, membuat kami tidak mau kalah dari mereka.
Kami berusaha mengenal satu sama lain, memahami dan mengenal lebih jauh lagi. Tapi, kami merasa ada jurang pemisah yang entah itu berasal dari mana. Seperti ada sekat antara lama dan baru. Padahal kami mengenal dakwah ini hanya berbeda kurang lebih 3 bulan saja, tapi sekat itu terasa amat tebal. Banyak yang merasa tidak pantas, sedangkan mereka tidak mengetahui yang sebenarnya bahwa kamipun masih merasa tidak pantas dan tidak lebih baik. Namun kami lebih memilih melanjutkan dakwah daripada mengurusi hal semacam ini.
Setelah kurang lebih satu tahun, kami mulai memaksa diri lebih dewasa dalam berpikir. Dan menyambut penerus-penerus dakwah selanjutnya. Waktu berjalan terasa lama, Harta Tahta Wanita/Pria terus datang silih berganti, beban ekonomi, tanggungan keluarga, akademik semua menjadi pelengkap perjalanan yang panjang ini. Yang pada akhirnya, memunculkan banyak kekecewaan, sakit hati, dan pelarian terhadap dakwah ini. Sedang beberapa lainnya ada yang sibuk mengurusi amanahnya dengan totalitas bahkan tanpa memperdulikan masalah pribadinya.
Ada satu pertanyaan dalam kepala ini. Aktivis mana yang tidak pernah merasakan kekecewaan dan sakit hati dalam perjalan dakwah ini? Apakah ada, siapa orangnya? Namun saya pun tahu jawabannya, bahwa setiap orang pasti pernah mengalami perasaan itu dalam dakwah ini, namun kematangan berpikir menjadi jawaban atas persoalan itu. Karna jamaah ini adalah jamaah manusia, yang tidak luput dari kesalahan. Proses bhayanat, thabayun, adalah system yang dibuat untuk mengatur keseimbangan jamaah ini. Namun 2 proses itu tidak lebih mulia dari sifat ‘goffar’, itu semua pilihan, kematanganlah yang menentukan.
Pernah kami berdiskusi membahas sebuah masalah klasik dalam sebuah jamaah, manakah yang lebih didahulukan, ukhuwah atau totalitas dakwah? Panjang lebar kami berargumen membahas ini. Namun saya mencoba mempraktekan langsung, mana jawaban yang benar. Ketika saya mengutamakan totalitas dakwah, ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa berkorban lebih dari yang lainnya, namun rasanya kering karna kontekstual kita berdakwah adalah jamaah dan jika salah langkah dapat mengantarkan pada kesombongan dan ria. Saat saya mengutamakan ukhuwah, seketika kita mendapatkan sebuah ruh kebersamaan dan kekeluargaan yang hangat, namun mayoritas dakwah terhambat karena ukhuwah itu sendiri. Sehingga saya tahu jawaban dari diskusi tersebut, antara ukhuwah dan totalitas harus berjalan beriringan dan proporsional untuk menciptakan ke-thawazun-an dakwah.
Sekarang sudah memasuki tahun ke-3 menyelami suasana tarbiyah ini. Tidak ada sosok yang hebat, tidak ada sosok yang sempurna disini. Tapi seakan semua saling menuntut satu sama lain untuk bisa sempurna. Kekecewaan dan sakit hati tetap menghiasi perjuangan kami yang tinggal menghitung bulan. Hingga satu persatu dari mereka menghilang, satu persatu dari mereka mengundurkan diri, sedangkan ada orang-orang yang justru sedang memikul amanah berat di waktu-waktu terakhir.
JENUH! Kata pertama yang selalu syaitan bisikan kepada kami. LARI! Kata kedua setelah berhasil dengan kata pertama. PERGI! Kata terakhir dan awalan untuk bisikan-bisikan ang lebih mendalam lagi.
Namun semua adalah pilihan, hak dan wewenang itu hanya pribadi yang menentukan atas izin Allah. Satu hal yang saya petik dari pengalaman selama kurang lebih 3 tahun ini, berdakwah itu mudah tapi berdakwah secara jamaah tidak semudah yang dipikirkan. Sedangkan dakwah kampus jauh jika dibandingkan dengan dakwah masyarakat, medan kita selanjutnya.
Saya ingin mengajak semua merasakan menjadi seorang pemimpin, bagaimana jika kita menjadi seorang  pemimpin namun satu persatu dari rekan kerja kita mengundurkan diri. Hanya seorang pemimpin yang dapat merasakannya.
Pesan terakhir, Mari kita maksimalkan waktu-waktu terakhir kita!
Jazakumullahu khairan khatsiran.

Kamis, 25 April 2013

Kematangan Dakwah



Kematangan Dakwah


Bismillahirahmanirahim
Tulisan ini dibuat berangkat dari keresahan terhadap kondisi yang ada…
Dakwah kampus adalah sebuah awalan  yang akan mengantarkan kita ke medan dakwah yang sesungguhnya. Sehingga dapat dikatakan saat ini, mereka para aktifis dakwah kampus adalah pemula-pemula dakwah untuk sekup dakwah yang lebih luas.
Hari ini saya memperhatikan kader-kader dakwah dilingkungan saya, diantaranya masih ada yang mementingkan ego diri pribadi maupun ego organisasi, mereka bermaksud membangun dakwah ini tetapi tanpa sadar mereka mengikis dan menghancurkan dakwah itu sendiri secara perlahan. Mereka melakukan segalanya untuk keberlangsungan dakwah, tetapi kebanyakan mereka memandang itu dalam sudut pandang pribadi mereka, wasilah mereka, maupun organisasi mereka.   
Ternyata hal ini bersumber oleh sebuah penyakit yang marak dikalangan aktifis dakwah, yaitu penyakit  ashobiyah. Penyakit yang menggerogoti mereka kalangan pemimpin. Seharusnya kita menyadari, ketika kita telah berbaiat terhadap dakwah ini, maka kepentingan kita tidak lain adalah kepentingan dakwah, hidup kita adalah hidup dakwah, cita-cita kita adalah cita-cita dakwah, dan kerja kita adalah bukan lain hanya untuk dakwah. Bukan karna orang lain ataupun organisasi, sekalipun organisasi dakwah. Benamkan semua ego pribadi, karna kita semua harus menyadarai bahwa kita adalah seorang dai. Apapun yang kita pikirkan bukan lagi tentang aku maupun organisasiku melainkan tentang mereka (ummah).
Saya sedih, ketika ada di kalangan kader dakwah yang menyatakan, “ini kader ana”, “ini kader antum”, ”ini tugas ana”, “itu tugas antum”, seakan-akan mereka memparsialkan dakwah itu sendiri. Padahal kita mengetahui bahwa dakwah ini adalah syamil. Ketika dakwah ini membutuhkan, kita harus meleburkan ego-ego pribadi kita, ego-ego afiliasi organisasi kita, dan mulailah memandangnya berdasarkan sudut pandang dakwah secara keseluruhan yang lebih luas. Kemaslahatan yang kita pandang bukanlah tentang diri pribadi ataupun organisasi, melainkan kemaslahatan dakwah yang lebih luas, walaupun tidak jarang dibutuhkan pengorbanan-pengorbanan kecil untuk hal yang lebih besar. Mari buka sudut pandang kita terhadap dakwah ini…
Ada sebuah kisah, dimana ada sebuah organisasi yang didalamnya terdapat kader-kader terbaik pada barisan mereka, suatu saat wasilah dakwah lain tepatnya wasilah dakwah kampus membutuhkan sebagian besar kader-kader terbaik itu untuk mengemban amanah penting di kampus, lalu seseorang yang merupakan qiyadah berkata dengan bijaknya, “Biarkan mereka saat ini menggarap lahan dakwah kampus, karna memang situasi dan kondisi sedang membutuhkannya disana.” Bukan lah pembelaan, pembenaran, dan apapun itu yang bermaksud untuk mempertahankan kader-kader terbaik mereka. Karna beliau mengetahui, mereka itu adalah milik dakwah, bukan miliknya ataupun organisasinya walaupun sebagian besar karakter mereka terbentuk di organisasinya. Saya melihat kematangan dakwah dari sosok beliau, yang selalu saya rindukan dari mereka para aktifis-aktifis dakwah yang telah memegang amanah strategis.
Siapakah yang lebih berhak atas kader-kader dakwah selain Allah swt. Tetapi sebagian mereka merasa diri merekalah yang lebih berhak untuk kader-kadernya, terlebih untuk kalangan qiyadah-qiyadah. Mari kita menengok kembali, sejauh mana kematangan kita memandang dakwah ini.
Teruntuk kader-kader dakwah di kampus, dakwah kampus tidak seberapa dibanding dakwah diluar sana dan dakwah kampus hanya sebagai awalan batu loncatan untuk kita naik ke mihwar-mihwar dakwah selanjutnya, jangan biarkan penyakit ashobiyah membutakan hati kita, karna dengan begitu secara tidak sadar dan perlahan kita akan mulai tersingkirkan dari dakwah ini.
Afwan Minkum, kesalahan datang dari pribadi dan kebenaran hanya dari Allah swt.
Jazzakallahu khairan khatsiran. Semoga bermanfaat.

Bogor, 22 April 2013

Sabtu, 06 April 2013

Tradisi Ilmu kami

http://1.bp.blogspot.com/-9FyvntW3vlM/TvdLlzwoTZI/AAAAAAAAAOQ/-eXyN5_LfdY/s1600/KAMMI%2Bcopy.png
Malam ini saya merasakan sebuah kerinduan,kerinduan sebuah suasana organisasi yang penuh akan ilmu dan kehangatan ukhwah didalamnya. Teringat sebuah malam sekitar akhir tahun 20I2. Berbagai agenda diadakan pada hari yang bersamaan sehingga mobilitas kami dari satu agenda ke agenda lainnya cukup melelahkan, hingga kami menutup hari itu dengan satu agenda terakhir dimalam hari dengan jarak tempuh yang cukup jauh, namun tidak berarti apa-apa dengan ilmu yang kami dapatkan dimalam itu. Kami datang terlambat, sekumpulan calon pemimpin  bangsa yang terdiri dari ikhwan dan akhwat sudah mengisi sebuah ruangan kelas yang berukuran sekitar 10 X15 meter dengan posisi membentuk letter U menghadap sebuah proyektor di dinding. Kemudian kami masuk dan langsung bergabung dengan pemuda-pemuda didalam ruangan tersebut.
Kami memulai agenda pukul 8 malam dengan suasana yang hening dan menjenuhkan, hingga tiba sesi penyampaian materi dan diskusi. Semua orang didalam ruangan tersebut dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan dan memaparkan hasil diskusi sebuah materi dengan point berbeda antara kelompok satu dengan lainnya. Dan dilanjut dengan tanya jawab hasil diskusi. Tema diskusi yang diangkat adalah tentang kepemimpinan Islam dan Siyasah.
Seketika suasana ruangan memanas, bukan memanas akibat emosi tapi karna ajang diskusi dan mengemukakan pendapat telah dimulai, ditambah karakter setiap orang yang berbeda dalam penyampaian menambah corak diskusi di malam itu. Inilah bagian yang selalu kami rindukan, setiap orang diruangan itu mengemukakan pendapat terhadap pokok diskusi yang dibahas dengan pemikiran masing-masing. Sungguh, inilah yang disebut dengan forum intelektual. Hingga kami terbagi dalam kubuh pro dan kontra.
Diskusi dimalam itu menjadi semakin panas ketika dari ujung ruangan berpendapatlah  seorang akhwat, nadanya yang tinggi dan lantang menenangkan seisi forum, ditambah dengan bobot argument yang sangat kritis seisi forum terdiam dan seolah tersihir. Ibarat sebuah palu besar yang menghantam para ikhwan-ikhwan diruangan tersebut, beberapa dari kami hanya bisa menjadi pengamat diskusi dimalam itu, karna kami sadar bahwa pemikiran kami belum memadai. Beberapa ikhwan lainnya memilih mencari aman dengan tidak memberi tanggapan argument akhwat tersebut, karna setiap argument yang kami para ikhwan lontarkan selalu dibantahnya. Diskusi berlangsung dinamis dan a lot. Hingga tiba pukul 12 malam dimana diskusi masih terus berjalan dan kami belum menemukan solusi terhadap permasalahan yang diangkat oleh akhwat tersebut. Dan dengan terpaksa kami menyudahi diskusi dimalam itu dengan beberapa hal yang belum mendapatkan conclusi. Lalu kami semua pergi meninggalkan ruangan dan beristirahat. Karna arahan dari ketua kami adalah diskusi diselesaikan di waktu tersebut.
Sebelum tidur, saya berdiskusi kembali dengan beberapa teman ikhwan dalam forum tadi. Pertanyaan besar yang muncul dibenak kami adalah bagaimana bisa seorang akhwat memiliki sebuah pemikiran dan karakter yang sangat kuat melebihi kami para ikhwan pada umumnya,  namun ketika kami melihat backgroundnya tidak diragukan karna beliau memegang amanah di bidang politik skala daerah. dan kami menyadari organisasi ini mencetak kader-kader berkarakter karakter kuat, tidak memandang apakah ikhwan maupun akhwat. Jika kader-kader dalam organisasi ini belum memiliki chiri khas karakter yang melekat kuat dalam dirinya, maka dapat dipastikan kami belum benar-benar mendalami organisasi ini. Kami dikenal memiliki militansi yang kuat, loyalitas dan totalitas yang melekat, dan ukhuwah yang tanpa batas. Hari-hari kami diisi dengan diskusi-diskusi bermanfaat dalam mengatasi masalah umah. Hal inilah yang membuat kami mencintai organisasi ini. Karna kami adalah organisasi yang sudah beranjak dewasa dengan umurnya yang mencapai 15 tahun. Karna kami adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia.

#Inspired from MNC KAMMI Daerah Bogor 2012
 

Jumat, 05 April 2013

Qodhoya Dakwah

http://www.terewere.com/wp-content/uploads/2013/03/Stop-I-dont-want-to-change.jpgDakwah, sebuah kata yang terlihat sederhana, tetapi butuh begitu banyak pengorbanan dalam melaksanakannya. Dakwah dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti amal ma’ruf nahi munkar. Pelaksanaan terhadap dakwah itu sendiri bisa dikategorikan mudah sampai sulit, tergantung tingkatan yang dilaksanakan. Terkadang, dalam menyampaikan suatu kebenaran, biasanya terhalang oleh sebuah permasalahan-permasalahan yang timbul baik yang bersifat umum hingga khusus sehingga mempersulit pelaksanaan dakwah itu sendiri. Diantara permasalahan-permasalahan dakwah yang sering terlihat saat ini, adalah sebagai berikut :
  1. Cara penyampaian dakwah seharusnya disesuaikan dengan objek dakwah,  karna setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang islam itu sendiri.  Banyak orang yang merasa segan dengan orang-orang yang biasa disebut aktifis dakwah, karna mungkin mereka tidak suka dengan cara para aktifis dakwah dalam menyampaikan suatu kebenaran. Ibarat orang yang baru belajar berjalan namun seseorang menyerunya untuk berlari, apakah cara seperti ini efektif? Memang para aktifis dakwah cenderung mempertahankan apa yang mereka anggap baik, tetapi tidak ada salahnya kita merubah cara kita dalam menyampaikan tanpa mengubah prinsip yang kita yakini.
  2. Pada umumnya aktifis dakwah cenderung memparsialkan orang-orang disekitar mereka. Hal inilah yang merupakan suatu kesalahan besar. Dakwah itu milik semua dan untuk semua orang muslim. Yang sering saya dengar dan saya jumpai(umumnya) perlakuan aktifis dakwah kepada sesamanya berbeda dengan orang-orang diluar mereka. “Wallahu alam”
  3. Masalah koordinasi, hal ini mungkin sudah biasa terjadi, seperti salah paham, miss comunication, dan sebagainya. Namun hal ini dapat menyebabkan perselisihan dalam internal dakwah itu sendiri, yang nantinya bisa menyebabkan perpecahan. Bagaimana kita ingin memperbaiki umat jika internal sendiri belum baik.
  4. Cara kader dakwah menambah anggotanya. Dakwah itu bukanlah milik orang-orang yang paham saja tetapi juga milik orang-orang yang memiliki kemauan dan rasa keingintahuan yang kuat terhadap dakwah itu sendiri. Karna kemauan kuat dapat mengalahkan pemahaman.
  5. Cara kader dakwah mempertahankan barisannya. Menurut yang saya ketahui, pada umumnya ketika seorang kader dakwah yang mungkin tergolong kedalam kesalahan besar bagi seorang aktifis dakwah, dia akan diasingkan dan ditinggalkan oleh sesamanya. Bijaksananya apabila kita mempertahankannya dan mengarahkannya kembali kedalam jalur yang sesuai, tidak malah meninggalkannya. Karna dakwah bukanlah tempat untuk orangorang yang sempurna, karna manusia adalah mahluk yang lemah yang tidak luput dari khilaf dan salah. “Wallahu alam”
Demikianlah uraian singkat tentang permasalahan umum yang mungkin biasa terjadi, tetapi jika dibiarkan masalah ini akan membawa dampak yang cukup besar seperti degradasi jumlah kader dakwah. Karna dalam melakukan suatu tujuan besar selain membutuhkan kemauan dan pemahaman yang kuat, dibutuhkan juga basis masa.
Apa yang saya paparkan adalah yang telah saya dapatkan dari berbagai sumber baik langsung maupun tidak langsung, tanpa ada doktrin dari berbagai pihak. Tidak ada tujuan lain dalam penulisan essai ini selain ingin mengangkat permasalahan-permasalahan ini agar dapat terselesaikan kedepannya. Dan mohon maaf jika dalam penulisan tidak banyak memberikan solusi.
Jika terdapat banyak kesalahan mohon dimaafkan karna saya bukanlah termasuk orang yang paham betul tentang dakwah. Terima kasih banyak.

Created : 1 mei 2012

Penjaga Hati sang Permata

Senin, 29 Agustus 2011. 7:22 am
Oleh : Kharizna Sari Puspita

Pasca kmpus penjagaannya semkin ketat....... ada yg bilang, pasca kampus itu rentan dg kefuturan, tp kayanya bukan kefuturan pasca kampus.... krn skrg ada seorang ikhwan disampingku yg slalu menjaga. Dia mengingatknku ketika jm akhwat, menasehatiku ktika ku khilaf, memperhatikan isi smsku atau menanyakan “telepon dari siapa tadi???”, hati2 ya berkoordinasi denganku, nanti ada yang protes. Tp ku senang, dg begitu insyaallah kebersihan niat kita dapat terjaga. Bukankah lebih baik menjaga, dr pada mengobati. Krn mengobati itu lebih sulit lohh.
Ia juga setia mnungguku ktika pulaang bdakwah dr bgor malam hr (menjemputku dg sabar). Ia mengantarku prgi k tmpat dkwah,walau ia sering bertanya,” buat apa ksana,klau buat satu agenda,tanggung,jauh-jauh tp hny itu yg dilakukan”. Aku mjawabny, “ini tuk dakwah”. Kalau jawaban itu sdh terlontar,mk ia hny diam,sbg tanda kalau ia sepakat dn setuju dg ucapanku.perlu diketahui  ia itu dulu bukanlah seorang anak rohis,krn  sdh ku carikan pementor dn ku minta tlog k teman rohisny tuk dimasukan rohis dr kls 1 (seingatku atau dr kls 2 sma y? Afwan lupa) tp hasilny sampai lulus sma pun tdk masuk rohis (yg pnting sdh ikhtiar tuk mencoba mengenalkn ia kpd islam). Sepertinya hrs ada pengkaderan khusus, mk ku mulai pengkaderan itu, ku coba kenalkan islam ketika ia kls 2 sma, ku tanamkn scr perlahan fikroh2 islam kpdny. Scr tdk lgsug trnyata hsilnya dpt dilihat diakhir masa sma nya. Dalam menjelang masa2 trakhir sekolah sma, ia mulai aktif mentoring smp lnjut k tahap slnjutny. Hsilny sekarang ia tlh mjd PENDUKUNG Dakwahku. Mungkin inilah cara lain Allah, jalanny bkn melalui rohis, tetapi lgsug melaluiku. Allah slalu pny cara yang indah tuk membimbing hambaNy.  
Lanjut!!!
Selalu ada pertanyaan darinya shg selalu membuka ruang diskusi. Jk ada sesuatu yg blm bisa ku jwb,mk aku coba mencari tahu dahulu. Dengan terus mencari tahu, aku dapat mjawab atau memberikan suatu pengetahuan kpdny.  Ia membuatku, terus menjadi sang pembelajar. Kadang- kadang, aku suka iseng memberikan ia pertanyaan, agar ia jg menjadi sang pembelar jg. (n_n ,afwan ya akhi).
Selingan........
Sekarang tak perlu repot-repot  setel murotalan atau musik, kan sudah ada yang bertilawah dan bernasyid disamping kita. (senangnya)
Satu lg, ia pendengar yang baik, sehingga selalu ada tempat cerita tuk berbagi. (inilah penjagan paling terampuh bagi seeorang muslimah)
 Lanjut!!!
Ia mengajakku tuk Berlomba-lomba dlm kbaikan baik dr segi tilawah dn hapalan.  Sprti biasa patner setoran hapalan al-qur’an, ia teman dlm morojaah hapalanku. Jk tahun lalu hny i’tiqaf dg para tmn akhwat, tp di tahun ini ada yg berbeda,skrg  sdh ada seorng ikhwan disamping. Ia mengajak i’tiqaf brg dan jg makan sahur brg,kadang-kadang ketika santap sahur kita saling menanyakan: ”sudah dapat brp tilawahnya?” (biar lebih semangat dn termotifasi)
Kuakui dia lbih dr skedar ADK, dia bkn hny Aktivis Dakwah Kamps nantinya tp ia jg Aktivis Dakwah Keluarga (sama2 tetap ADK). Ia adalah Patner Dakwahku, Penguat Dakwahku.
Sekedar info : ikhwan yang ada dalam cerita, masih kuliah dan satu kampus denganku.
Itulah, betapa enaknya mempunyai seorang ikhwan disisi kita
. Tetapi yg muhrim ya???
Wallahu’alambishowab. Smg slalu ada hikmah tuk berbagi.

Renungan 2



Membicarakan tentang dakwah hati ini merasa sangat tidak pantas untuk tetap berada dijalan ini, sudah sejuah mana jihad yang telah diberikan untuk dakwah ini, sudah seberapa besar kontribusi yang telah ditorehkan dijalan dakwah ini, dan sudah berapa banyak karya yang dihasilkan untuk dakwah ini. Jawabannya adalah tidak banyak, diri ini merasa tidak layak untuk tetap berada dijalan ini, terkadang bisikan-bisikan itu muncul untuk keluar dari jalan jihad ini melihat kondisi yang tidak layak.
Tapi entah mengapa ketika niat itu muncul, Allah selalu mengirimkan orang-orang yang membuat semangat dalam diri ini membara terhadap dakwah. Diri ini adalah sebuah jasad yang tidak memiliki banyak kelebihan, justru lebih banyak kekurangannya. Hanya sebuah motivasi yang menjadi bekal perjalanan dakwah ini. Diri ini memiliki kelemahan dalam pemahaman terhadap hal-hal yang baru, tidak banyak tsaqofah yang dimiliki tentang aspek keIslaman dan keduniaan. Diri ini tidak lain adalah jasad hampa yang digerakan oleh sebuah bahan bakar motivasi dan semangat. Sudah berkali-kali mencoba membaca berbagai macam buku namun sulit untuk memahami dari penyampaian tulisan yang dibaca. Lelah rasanya seperti ini, berada bersama orang-orang yang memiliki pengetahuan jauh lebih tinggi, berpura-pura menjadi seseorang yang paham padahal tidak tahu apa yang diinginkannya, hilang arah dan tujuan, bingung ditengah ramai.
Namun dibalik semua keluh kesah itu , perasaan syukur dan sabar selalu mengiringi langkah kaki ini sehingga dapat tetap beristiqomah di jalan dakwah tercinta ini. Didukung oleh teman-teman seperjuangan yang merupakan sumber kekuatan terbesar dari diri ini untuk tetap bersemangat menambah dan menambah lagi berbagai macam ilmu pengetahuan terutama untuk aspek ke Islaman.
Hanya satu yang diharapkan dari diri ini, yaitu mendapat kemudahan dalam menangkap atau memahamai suatu hal dengan mudah dan baik. Biarkanlah tubuh ini hancur bahkan hingga berkeping-keping asalkan hancur dijalan dakwah. Biarkanlah jiwa ini merasakan kelelahan yang amat sangat asalkan untuk kepentingan dakwah. Sesungguhnya jiwa dan raga ini telah dipersembahkan untuk Allah semata. Dan apapun yang terjadi dijalan dakwah ini adalah yang terbaik yang Allah takdirkan, meskipun seringkali yang terbaik dari Allah bukanlah yang terbaik bagi hambanya.



Ditulis dalam keadaan suasana hati yang resah dan gelisah akan sesuatu.  Minggu, 8 april 2012

Senin, 18 Maret 2013

Renungan



Hari ini aku merasakan puncak dari segala kejenuhan setelah beraktifitas di kampus baik dalam pergerakan maupun dakwah sendiri. Melihat kondisi yang benar-benar sulit ditambah dengan sekarang telah dipercayai menjadi seorang qiyadah, rasanya pundak ini tidak mampu memikul itu semua. Tetapi ketika nasi telah menjadi bubur tidak ada gunanya menyesali itu semua, karna hakikatnya Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya.
Amanah-amanah ini terasa berat, karna diri ini tidaklah benar-benar lebih baik dari orang-orang lain. Saat ini aku masih mencari jati diri yang terpendam didalam pribadi ini. Bingung ditengah keramaian, seolah-olah adalah orang yang paling suci tetapi orang yang hina, seolah-olah adalah orang yang pintar tetapi tidak pintar, seolah-olah adalah seorang qiyadah tetapi tidak bersikap sebagaimana layaknya seorang qiyadah. Siapa diri ini? Aku mulai kehilangan arah tujuan hidup ketika amanah-amanah ini datang menghampiri, seharusnya amanah ini adalah sarana memperdalam arah tujuan hidup. Tetapi karna amanah ini aku malah terlarut dalam kesenangan-kesenangan sementara seperti foya-foya, game, dan segala macam bentuk kesenangan dunia.
Otak ini tidak dapat berfikir jernih, setiap kali ingain melakukan kebaikan pikiran ini selalu berperang dan yang sering termenangkan adalah pikiran negative. Aku sangat rindu menjadi seorang aktivis tetapi diri ini tidak mampu untuk memikul amanah menjadi seorang aktivis. Rindu akan menghafal, rindu akan tilawah, rindu akan giat melakukan sunnah rasul, rindu berdiskusi dengan teman, dan rindu segala hal yang berbentuk kebaikan. Pada awal berada di tempat ini hati ini terasa bulat berada disini, tetapi seiring berjalannya waktu apa-apa yang dilakukan sudah bermaksud berbeda, bukan dari hati yang tulus.
Hari ini aku memiliki berbagai agenda, tetapi aku memilih untuk meninggalkan semua dan memilih hari ini sebagai hari terapi untuk kejenuhan ini. Menutup diri dari apapun itu, karna pikiran ini sedang benar-benar kacau dan hati ini sedang benar-benar kotor. Semoga kejenuhan ini dapat tersalurkan sehingga tidak menumpuk dan menjadi pengotor di dalam hati dan pikiran.

Saat amanah terasa berat...
Bogor, 13 mei 2012
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Pena Perjuangan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger