Sabtu, 04 Januari 2014

Rekam Jejak

http://asepsaepulbahri.files.wordpress.com/2010/12/jejak-langkah.jpg



Tidak terasa hampir 3 tahun sudah kami hidup dalam suasana tarbiyah kampus. Dari mulai seorang pribadi yang bukan apa-apa dan siapa-siapa, namun tarbiyah mengubah segalanya,mengangkat derajat kami. Mengingat ketika kami baru masuk ke dunia baru yang disebut kampus, suasana hangat Tarbiyah menyambut pribadi-pribadi yang sedang mencari jati dirinya dan merubah haluan hidupnya dari jahiliyah menuju perbaikan.
Dan akhirnya tarbiyah mulai merasuk kedalam ruh dan menggelayuti disetiap aktifitas. Kala itu, euphoria yang terjadi membuat diri amat semangat mencari ilmu-ilmu kehidupan melalui seminar, kajian, diskusi, halaqoh, daurah dan berbagai madrasah ilmu lainnya. Mencari sebuah arti dari landasan sebuah pergerakan, memahami arti dari sebuah kebersamaan(jamaah). Hingga patner-patner dakwah mulai bermunculan, mereka yang dinamakan teman perjuangan. Ya, susah sedih kita rasakan bersama.
Waktu terus berlalu, aktivitas demi aktivitas dakwah terus dilakoni. Hingga sampai dititik terberat, namun titik terberat itu mengantarkan kami pada sebuah pertolongan Allah. Pertolongan itu dengan Allah mengirimkan para sosok baru penyokong dakwah ini. Kami merasa senang dan sedikit haru, karna bertambah orang-orang yang mau mengorbankan kepentingannya untuk dakwah ini. Merekapun semangat, membuat kami tidak mau kalah dari mereka.
Kami berusaha mengenal satu sama lain, memahami dan mengenal lebih jauh lagi. Tapi, kami merasa ada jurang pemisah yang entah itu berasal dari mana. Seperti ada sekat antara lama dan baru. Padahal kami mengenal dakwah ini hanya berbeda kurang lebih 3 bulan saja, tapi sekat itu terasa amat tebal. Banyak yang merasa tidak pantas, sedangkan mereka tidak mengetahui yang sebenarnya bahwa kamipun masih merasa tidak pantas dan tidak lebih baik. Namun kami lebih memilih melanjutkan dakwah daripada mengurusi hal semacam ini.
Setelah kurang lebih satu tahun, kami mulai memaksa diri lebih dewasa dalam berpikir. Dan menyambut penerus-penerus dakwah selanjutnya. Waktu berjalan terasa lama, Harta Tahta Wanita/Pria terus datang silih berganti, beban ekonomi, tanggungan keluarga, akademik semua menjadi pelengkap perjalanan yang panjang ini. Yang pada akhirnya, memunculkan banyak kekecewaan, sakit hati, dan pelarian terhadap dakwah ini. Sedang beberapa lainnya ada yang sibuk mengurusi amanahnya dengan totalitas bahkan tanpa memperdulikan masalah pribadinya.
Ada satu pertanyaan dalam kepala ini. Aktivis mana yang tidak pernah merasakan kekecewaan dan sakit hati dalam perjalan dakwah ini? Apakah ada, siapa orangnya? Namun saya pun tahu jawabannya, bahwa setiap orang pasti pernah mengalami perasaan itu dalam dakwah ini, namun kematangan berpikir menjadi jawaban atas persoalan itu. Karna jamaah ini adalah jamaah manusia, yang tidak luput dari kesalahan. Proses bhayanat, thabayun, adalah system yang dibuat untuk mengatur keseimbangan jamaah ini. Namun 2 proses itu tidak lebih mulia dari sifat ‘goffar’, itu semua pilihan, kematanganlah yang menentukan.
Pernah kami berdiskusi membahas sebuah masalah klasik dalam sebuah jamaah, manakah yang lebih didahulukan, ukhuwah atau totalitas dakwah? Panjang lebar kami berargumen membahas ini. Namun saya mencoba mempraktekan langsung, mana jawaban yang benar. Ketika saya mengutamakan totalitas dakwah, ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa berkorban lebih dari yang lainnya, namun rasanya kering karna kontekstual kita berdakwah adalah jamaah dan jika salah langkah dapat mengantarkan pada kesombongan dan ria. Saat saya mengutamakan ukhuwah, seketika kita mendapatkan sebuah ruh kebersamaan dan kekeluargaan yang hangat, namun mayoritas dakwah terhambat karena ukhuwah itu sendiri. Sehingga saya tahu jawaban dari diskusi tersebut, antara ukhuwah dan totalitas harus berjalan beriringan dan proporsional untuk menciptakan ke-thawazun-an dakwah.
Sekarang sudah memasuki tahun ke-3 menyelami suasana tarbiyah ini. Tidak ada sosok yang hebat, tidak ada sosok yang sempurna disini. Tapi seakan semua saling menuntut satu sama lain untuk bisa sempurna. Kekecewaan dan sakit hati tetap menghiasi perjuangan kami yang tinggal menghitung bulan. Hingga satu persatu dari mereka menghilang, satu persatu dari mereka mengundurkan diri, sedangkan ada orang-orang yang justru sedang memikul amanah berat di waktu-waktu terakhir.
JENUH! Kata pertama yang selalu syaitan bisikan kepada kami. LARI! Kata kedua setelah berhasil dengan kata pertama. PERGI! Kata terakhir dan awalan untuk bisikan-bisikan ang lebih mendalam lagi.
Namun semua adalah pilihan, hak dan wewenang itu hanya pribadi yang menentukan atas izin Allah. Satu hal yang saya petik dari pengalaman selama kurang lebih 3 tahun ini, berdakwah itu mudah tapi berdakwah secara jamaah tidak semudah yang dipikirkan. Sedangkan dakwah kampus jauh jika dibandingkan dengan dakwah masyarakat, medan kita selanjutnya.
Saya ingin mengajak semua merasakan menjadi seorang pemimpin, bagaimana jika kita menjadi seorang  pemimpin namun satu persatu dari rekan kerja kita mengundurkan diri. Hanya seorang pemimpin yang dapat merasakannya.
Pesan terakhir, Mari kita maksimalkan waktu-waktu terakhir kita!
Jazakumullahu khairan khatsiran.

4 komentar :

  1. tulisan itu adalah perekam jejak yang baik,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Terima kasih... Pelajari lingkungan sekitar kita,

      Hapus
  2. JENUH! Kata pertama yang selalu syaitan bisikan kepada kami. LARI! Kata kedua setelah berhasil dengan kata pertama. PERGI! Kata terakhir dan awalan untuk bisikan-bisikan yang lebih mendalam lagi.
    suka kata2 ini.. =D

    BalasHapus

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Pena Perjuangan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger