Kematangan Dakwah
Bismillahirahmanirahim
Tulisan ini dibuat berangkat dari
keresahan terhadap kondisi yang ada…
Dakwah kampus adalah sebuah awalan yang akan mengantarkan kita ke medan dakwah
yang sesungguhnya. Sehingga dapat dikatakan saat ini, mereka para aktifis
dakwah kampus adalah pemula-pemula dakwah untuk sekup dakwah yang lebih luas.

Ternyata hal ini bersumber oleh sebuah
penyakit yang marak dikalangan aktifis dakwah, yaitu penyakit ashobiyah. Penyakit yang menggerogoti mereka
kalangan pemimpin. Seharusnya kita menyadari, ketika kita telah berbaiat terhadap
dakwah ini, maka kepentingan kita tidak lain adalah kepentingan dakwah, hidup
kita adalah hidup dakwah, cita-cita kita adalah cita-cita dakwah, dan kerja
kita adalah bukan lain hanya untuk dakwah. Bukan karna orang lain ataupun
organisasi, sekalipun organisasi dakwah. Benamkan semua ego pribadi, karna kita
semua harus menyadarai bahwa kita adalah seorang dai. Apapun yang kita pikirkan
bukan lagi tentang aku maupun organisasiku melainkan tentang mereka (ummah).
Saya sedih, ketika ada di kalangan
kader dakwah yang menyatakan, “ini kader ana”, “ini kader antum”, ”ini tugas
ana”, “itu tugas antum”, seakan-akan mereka memparsialkan dakwah itu sendiri.
Padahal kita mengetahui bahwa dakwah ini adalah syamil. Ketika dakwah ini
membutuhkan, kita harus meleburkan ego-ego pribadi kita, ego-ego afiliasi
organisasi kita, dan mulailah memandangnya berdasarkan sudut pandang dakwah
secara keseluruhan yang lebih luas. Kemaslahatan yang kita pandang bukanlah
tentang diri pribadi ataupun organisasi, melainkan kemaslahatan dakwah yang
lebih luas, walaupun tidak jarang dibutuhkan pengorbanan-pengorbanan kecil
untuk hal yang lebih besar. Mari buka sudut pandang kita terhadap dakwah ini…
Ada sebuah kisah, dimana ada sebuah
organisasi yang didalamnya terdapat kader-kader terbaik pada barisan mereka,
suatu saat wasilah dakwah lain tepatnya wasilah dakwah kampus membutuhkan
sebagian besar kader-kader terbaik itu untuk mengemban amanah penting di
kampus, lalu seseorang yang merupakan qiyadah berkata dengan bijaknya, “Biarkan
mereka saat ini menggarap lahan dakwah kampus, karna memang situasi dan kondisi
sedang membutuhkannya disana.” Bukan lah pembelaan, pembenaran, dan apapun itu
yang bermaksud untuk mempertahankan kader-kader terbaik mereka. Karna beliau
mengetahui, mereka itu adalah milik dakwah, bukan miliknya ataupun
organisasinya walaupun sebagian besar karakter mereka terbentuk di
organisasinya. Saya melihat kematangan dakwah dari sosok beliau, yang selalu
saya rindukan dari mereka para aktifis-aktifis dakwah yang telah memegang
amanah strategis.
Siapakah yang lebih berhak atas
kader-kader dakwah selain Allah swt. Tetapi sebagian mereka merasa diri merekalah
yang lebih berhak untuk kader-kadernya, terlebih untuk kalangan
qiyadah-qiyadah. Mari kita menengok kembali, sejauh mana kematangan kita
memandang dakwah ini.
Teruntuk kader-kader dakwah di kampus,
dakwah kampus tidak seberapa dibanding dakwah diluar sana dan dakwah kampus
hanya sebagai awalan batu loncatan untuk kita naik ke mihwar-mihwar dakwah
selanjutnya, jangan biarkan penyakit ashobiyah membutakan hati kita, karna dengan
begitu secara tidak sadar dan perlahan kita akan mulai tersingkirkan dari
dakwah ini.
Afwan Minkum, kesalahan datang dari
pribadi dan kebenaran hanya dari Allah swt.
Jazzakallahu khairan khatsiran. Semoga bermanfaat.
Jazzakallahu khairan khatsiran. Semoga bermanfaat.
Bogor, 22 April 2013