
Malam ini saya merasakan sebuah
kerinduan,kerinduan sebuah suasana organisasi yang penuh akan ilmu dan
kehangatan ukhwah didalamnya. Teringat sebuah malam sekitar akhir tahun 20I2. Berbagai
agenda diadakan pada hari yang bersamaan sehingga mobilitas kami dari satu
agenda ke agenda lainnya cukup melelahkan, hingga kami menutup hari itu dengan
satu agenda terakhir dimalam hari dengan jarak tempuh yang cukup jauh, namun
tidak berarti apa-apa dengan ilmu yang kami dapatkan dimalam itu. Kami datang terlambat,
sekumpulan calon pemimpin bangsa yang
terdiri dari ikhwan dan akhwat sudah mengisi sebuah ruangan kelas yang
berukuran sekitar 10 X15 meter dengan posisi membentuk letter U menghadap
sebuah proyektor di dinding. Kemudian kami masuk dan langsung bergabung dengan
pemuda-pemuda didalam ruangan tersebut.
Kami memulai agenda pukul 8 malam
dengan suasana yang hening dan menjenuhkan, hingga tiba sesi penyampaian materi
dan diskusi. Semua orang didalam ruangan tersebut dibagi dalam beberapa
kelompok untuk mendiskusikan dan memaparkan hasil diskusi sebuah materi dengan
point berbeda antara kelompok satu dengan lainnya. Dan dilanjut dengan tanya
jawab hasil diskusi. Tema diskusi yang diangkat adalah tentang kepemimpinan Islam
dan Siyasah.
Seketika suasana ruangan memanas,
bukan memanas akibat emosi tapi karna ajang diskusi dan mengemukakan pendapat
telah dimulai, ditambah karakter setiap orang yang berbeda dalam penyampaian
menambah corak diskusi di malam itu. Inilah bagian yang selalu kami rindukan,
setiap orang diruangan itu mengemukakan pendapat terhadap pokok diskusi yang
dibahas dengan pemikiran masing-masing. Sungguh, inilah yang disebut dengan
forum intelektual. Hingga kami terbagi dalam kubuh pro dan kontra.
Diskusi dimalam itu menjadi
semakin panas ketika dari ujung ruangan berpendapatlah seorang akhwat, nadanya yang tinggi dan lantang
menenangkan seisi forum, ditambah dengan bobot argument yang sangat kritis
seisi forum terdiam dan seolah tersihir. Ibarat sebuah palu besar yang
menghantam para ikhwan-ikhwan diruangan tersebut, beberapa dari kami hanya bisa
menjadi pengamat diskusi dimalam itu, karna kami sadar bahwa pemikiran kami
belum memadai. Beberapa ikhwan lainnya memilih mencari aman dengan tidak
memberi tanggapan argument akhwat tersebut, karna setiap argument yang kami
para ikhwan lontarkan selalu dibantahnya. Diskusi berlangsung dinamis dan a lot.
Hingga tiba pukul 12 malam dimana diskusi masih terus berjalan dan kami belum
menemukan solusi terhadap permasalahan yang diangkat oleh akhwat tersebut. Dan dengan
terpaksa kami menyudahi diskusi dimalam itu dengan beberapa hal yang belum
mendapatkan conclusi. Lalu kami semua pergi meninggalkan ruangan dan
beristirahat. Karna arahan dari ketua kami adalah diskusi diselesaikan di waktu
tersebut.
Sebelum tidur, saya berdiskusi kembali
dengan beberapa teman ikhwan dalam forum tadi. Pertanyaan besar yang muncul
dibenak kami adalah bagaimana bisa seorang akhwat memiliki sebuah pemikiran dan
karakter yang sangat kuat melebihi kami para ikhwan pada umumnya, namun ketika kami melihat backgroundnya tidak
diragukan karna beliau memegang amanah di bidang politik skala daerah. dan kami
menyadari organisasi ini mencetak kader-kader berkarakter karakter kuat, tidak
memandang apakah ikhwan maupun akhwat. Jika kader-kader dalam organisasi ini
belum memiliki chiri khas karakter yang melekat kuat dalam dirinya, maka dapat
dipastikan kami belum benar-benar mendalami organisasi ini. Kami dikenal memiliki
militansi yang kuat, loyalitas dan totalitas yang melekat, dan ukhuwah yang
tanpa batas. Hari-hari kami diisi dengan diskusi-diskusi bermanfaat dalam
mengatasi masalah umah. Hal inilah yang membuat kami mencintai organisasi ini. Karna
kami adalah organisasi yang sudah beranjak dewasa dengan umurnya yang mencapai 15
tahun. Karna kami adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia.
#Inspired from MNC KAMMI Daerah Bogor 2012
#Inspired from MNC KAMMI Daerah Bogor 2012
Tidak ada komentar :
Posting Komentar